Kamis, 04 Desember 2014

berusaha berdoa dan sabar..

setiap pasangan yang sudah menikah , pasti mengharapkan seseorang hadir diantara mmeereka . sosok sibuah hati yg lucu , menggemaskan , bagaimana dia menagis tertawa , melihat ibunya yg sedang memandanginya juga . berusaha mengusap pipi ibunya degan tangan mungilnya ketika tidak sengaja sang ibu meneteskan air mata karena melihat dia hadir didunia ini . bagaimana dia menangis merrengek ingin mengucapkan "maafkan aku ibu sudah merepotkanmu dengan pipisku , eekku , dengan rasa laparku juga hausku , terimakasih ibu karena sudah melahirkan aku , terimakasih Tuhan karena memberiku kesempatan hadir didunia . melihat indahnya semesta yang kau ciptakan , melihat orang tuaku tersenyum , menangis bahagia karena kehadiranku" berusaha , berdoa dan sabar , tak henti hentinya meminta sama Allah sampai saat itu tiba . ibu menunggumu nak :)

anyeong my blog.....

anyeong my blog..udah lama bgt gak menjamah dirimu :) kangen tak ma aku ? aku kangen sangat . hehe . lama tak mencurahkan apa yg ada dihati dan pikiran . entah mungkin karena tak ada waktu atttau mungkin saking tak bisa diungkapkan degan kata kata , hahaha . gak seh...cuma lagi kangen aja pengen ngobrol . malam ni ditemani suara jangkrik , suara detikan jam juga suara dari earphone yg menempel ditelinga yang mendendangkan lagu lagu galau ala korea . emg pas bgt kalo ngeplay lagu korea pas suasana lagi gundah gulana . hahasyy gak ndink , bagi yg suka aja seh :p kalo untuk saya pribadi seh , tapi bukan membanding bandingkan , enggak..cuma karena selera aja ya seh ya . saya lebih respect lebih ngerasa kerenn lebih bisa menghayati kalo nonton film korea . sumpritt . daripada film sinetron indonesia . tapi bukan berarti tidak cinta produk lokal ya , saya cinta bgt sama produk lokal cuma ya sekali lagi karena selera aja seh . hahaha . sikon situasi lagi mendukung aja ini buat nulis nulis (bukan nulis seh "ngetik" seharusnya) gini . tapi sebenernya bingung apa yg mau diketik jadi asal aja apa yg ada dipikiran lgsg ditumpahin disini . hanya sekedar buat mengisi waktu ketika jenuh menyapa dan menghampiri bahkan merangkul . hahaha . mata masih 1000watt soalnya . mau baca bukulagi gak konsen (makanya ngetik diblog jadi amburadul) atau nonton film , tadi sore abis ngopy film soalnya . tapiiii......enggaklah , mau nyapa blog saya ini yg mugkin kalo diibaratkan buku lama yg tersimpan dilemari selama beribu ribu tahun lamanya (hiperbola....bukan parabola hlo :p) sudah usang dan berdebu . ohhh....kebanyakan nonton drama korea nih jadii efeknya tidur pagi terus . hahaha . padahal dulu...yg namanya film korea saya gak mau nonton apa lagi ngliat (halah...) emg kadang kita gak boleh benci benci sama sesuatu karena benci sama cinta itu beda beda tipis , percaya deh . saya korbannya . dan sekarang saya adalah korban drama korea . hahaha . soalnya kalo suruh liat film film action , horror , atau film film tentang saiko gak kuat ngliatnya . efek liat final destination , dari hanya hal kecil aja bisa berefek seperti itu . itu jadi berpengaruh sama keseharian saya . atau the scream , house of wax , bayangkan jika tubuh kalian dimake over jadi lilin , apa gak keren tuh , ya gak kerenlahhhhh....mau loe ? tapi emg aku akuin seh kalo orang luar tiuh keren keren bikin filmnya , wani ragat tenan . tapi keren tapi bikin bulu kuduk pada siap siap baris mau ikut paskibraka . hahaha . keren keren lah...mmm...apa lagi ya . belum ngantuk juga kieh..udahlah , the last "bogoshipo" buat hamba kesayangan Allah :)

Sabtu, 29 November 2014

bahasa korea sehari hari

Apa kabar ? Selamat Pagi, Siang, Sore, Malam = anyong haseyo
Apa kabar ? Selamat Pagi, Siang, Sore, Malam = Annyong hasimnika
Selamat Jalan = Annyonghi Gasipsiyo
Selamat Jalan = Annyonghi Gaseyo ( Informal )
Selamat Tinggal = Annyonghi Gyesipsiyo 
Selamat Tinggal = Annyonghi Gyeseyo ( Informal )
Selamat Tidur = Annyonghi Jumuseyo

Selamat Tidur = Cal Cayo ( Informal )
Selamat datang / Silahkan Masuk = Oso Osipsiyo
Selamat datang / Silahkan Masuk = Oso Oseyo ( Informal )
Silahkan Masuk. ( Yang menyuruh didalam ) = Deuro Osipsiyo
Silahkan Masuk = Deuro Oseyo ( Informal )
Silahkan Masuk ( Yang menyuruh berada diluar) = Deuro Gasipsiyo
Silahkan Masuk ( Yang menyuruh berada diluar ) = Deuro Gaseyo
Bagaimana Kabar anda ? = Ottokhe Jinesimnika
Bagaimana Kabar anda ? = Ottokhe Jineseyo ( Informal )
Baik – baik saja = Cal Cinemnida
Baik – baik saja = Cal Cineyo ( Informal )
Sampai Jumpa lagi = To Mannapsida
Sampai jumpa lagi = To Mannayo ( Informal )
Senang berjumpa anda = Pan gapseumnida
Senang berjumpa anda = Pan gawoyo ( Informal )
Terima kasih = Kamsa hamnida
Terima Kasih kembali = conman heyo
Terima kasih kembali = Chon maneyo ( Informal )
Mohon maaf = Cwe song hamnida
Mohon maaf = Cwe song heyo ( Informal )
Maaf = Mian hamnida
Maaf = Mian heyo ( Informal )
Tidak apa-apa = Kwen chan seumnida
Tidak apa-apa = Kwen chanayo(Informal)
Silahkan makan = Cap deuseyo
Selamat makan = Siksa hasipsiyo
Selamat makan = Siksa haseyo (Informal)
Hari ini sangat menyenangkan = Oneul jeul gowo seyo (Informal)
Selamat berakhir pekan = Ju mal cal cineseyo (Informal)
Ya, ada/punya = Ne, iseumnida
Ya, ada/punya = Ne, issoyo (Informal)
Tidak, tidak/tidak punya = Anio, opseumnida
Tidak, tidak/tidak punya = Anio, opsoyo (Informal)
Lapar = Pegophayo
Jangan = Andweyo
Hallo = Yeoboseyo
Minta = Juseyo
Pinjam = Billyo Juseyo
Tahu, mengerti = Arayo
Baikalah = Arasso
Tidak tahu, tidak mengerti = Molayo
Sudah tahu, sudah mengerti = Aratsoyo
Aduh = Aigo
Awas = Wihomhe
Bagus = Coahyo
Bagus? / iya / benar = Geureyo
Asyik = Cwegoda
Sungguh = Congmal
Bohong = Kojitmal
Kemudian = Gwayon
Jangan = Andwe/Hajima
Masa = Solma
Kasihan = Gayophsora
Sialan = Cegiral
Sudah sampai = Ta wasso yo
Masih jauh = Ajik moro yo
Sudah lewat = Jina soyo
Berangkat = culbal
Sampai / tiba = Tojak
sebentar lagi = cokum ittaka
Tahu = Arrayo
Tidak tahu = Molla
Ya = ye
O, ya = a, ne
Tidak = Annio
Tentu saja = Mulon Imnida


BAHASA KOREA YG SERING MUNCUL DALAM LAGU DAN DRAMA:
babo cheoreom : Seperti Orang bodoh
shiro : Tidak Mau / Tidak suka
Miwo : Benci
andwae : tidak boleh
Seolma : Sama Sekali tidak (no way)
Wae geureoseyo? : Apa sebabnya?
geure : benar
molla : tidak tahu
jal mollasseo : aku tak mengerti
na baegopa : ku lapar
na apa : Saya merasa sakit
simsimae! : aku bosan!
na gal kkeoya : Aku Pergi
gaji ma! : jgn Pergi!
arasseo : ku mengerti
nado : aku juga
hajima : jangan
jeongmal? : benarkah? (really?)

Selasa, 28 Oktober 2014

Entah saya hampir tidak pernah percaya sama siapapun . Sebelum saya bisa membuktikannya sendiri . Dan tidak jarang saya kadang berpikiran negatif . Itu semua karena saya pernah sekali memberi kepercayaan penuh sama seseorang dan dia mengkhianatinya . Saat itu saya pikir mungkin dia ada alasan knp mengkhianati saya . Maka dari itu saya kasih kesempatan pada dia untuk memperbaikinya . Yah..tapi sifat manusia wes di ke'i ati malah ngrogoh tai dia  menngkhianati saya untuk yg kedua kalinya . Semenjak itu saya hampir tidak percaya sama siapapun . Saya menganggap semua manusia itu sama . Tidak bisa ditebak . Penuh kejutan . Saya tidak banyak mempunyai banyak temen deket . Karena saya takut dikhianati . Dan boleh dibilang mungkin saya agak kurang pergaulan . Saya tidak begitu suka mengumbar masalah pribadi . Saya lebih suka menyimpannya sendiri . Menahannya dan menyelesaikannya dengan cara saya sendiri . Banyak org mendiskripsikan diri saya pendiam . Bahkan dengan laki laki yang saya nikahin sekarang , saya tidak sepenuhnya percaya sama dia . Setiap orang punya pribadi sendiri sendiri . Dan itu salah satu kelemahan saya untuk memahami karaktet mereka . Saya hanya percaya sama ALLAH dan IBU .

Kamis, 23 Oktober 2014

Satu lagi nih gank . Lagu barunya sheila  on7 .

Satu Langkah - Sheila On 7: http://youtu.be/WUSiJ4MwatQ

Lagu barunya sheila nuh gank . Yuk cek tuk . Dijamin bakalan bikin kalian jatuh cintaaaaaa.....

Buka Mata Buka Telinga - Sheila On 7: http://youtu.be/Q5jaGnaMiP4

Minggu, 19 Oktober 2014

Maaf..

Di dalam batin....
Aku termenung dalam khazanah yang agung melebihi kebesaran jagad semesta.
Aku dapat melihatnya...
Namun bukan dengan kedua bola mata ini.
Jauh dalam dasar telaga batin.
Mata hatiku melihat dengan jelasnya...
Apa yang tampak dalam wujud fisikku...
Hanyalah lambang belaka.
Dari hakikat yang ada dalam dada.
Ya Allah...
Maafkan hamba-Mu ini...
Yang belum bisa meninggalkan semua aktivitasku dalam menyibukkan diri pada hal-hal yang merupakan dasar kebebasan.
Ya Allah ...
Bawalah hamba-Mu ini...
Kedalam kaum-kaum-Mu yang selalu membaca.Ya Allah...
Walau ucapan hamba-Mu ini ungkapan dari dada yang sempit nan sedih.
Namun.... 
Kan kuchoba tuk menapak ridlo pada ketentuan-Mu.

Sabtu, 18 Oktober 2014

asik banget kalo bisa bikin ginian *mupeng*

Membuat Miniatur Menara Eiffel Paris Dengan Bahan Acrylic dan Mesin Cutting Laser

21 Jan
miniatur-menara-eifel
Menara eiffel yang menjulang tinggi di kota Paris merupakan salah satu bangunan yang banyak dibuat miniaturnya oleh para modeler. Entah karena struktur menaranya atau karena kisah cinta di menara tersebut. Yang jelas miniatur menari eiffel selalu menarik untuk di simpan sebagai salah satu hiasan atau sebagai souvenir yang unik dan menarik.
Untuk membuat miniatur menara eiffel bisa digunakan berbagai jenis bahan seperti kertas, kayu, besi dan sebagainya. Nah kali ini RONIta mencoba menunjukkan bagaimana cara membuat miniatur eiffel dengan bahan acrylic.
Acrylic adalah bahan yang sifatnya keras tapi ringan, ada yang transparan seperti kaca tapi ada juga yang berwarna solid. Kali ini kita menggunakan acrylic transparan.
Langkah pertama tentu kita harus membuat designnya dulu ya, design biasanya dibuat dengan software 3D seperti autocad, 3d max dan sebagainya. Tentu dalam proses pembuatan design itu kita sudah tentukan mau seberapa besar miniatur yang akan kita buat. Jadi ukuran file design itu sudah merupakan ukuran aslinya.
Pekerjaan design 3D ini adalah hal yang rumit apalagi untuk bisa menghasilkan sistem knock down yang kami pakai. Anda bisa memesan ke RONIta jika anda kesulitan untuk membuatnya (iklan bentar..he he he)
Setelah design siap maka kita akan bawa design tersebut ke mesin cutting laser untuk di potong sesuao pola yang sudah kita buat tadi. Proses pemotongan menggunakan mesin cutting laser menjamin ketepatan dan presisi setiap rangkaian yang nantinya akan membentuk menara eiffel.
Sehabis semua bahan terpotong maka tugas selanjutnya adalah merangkainya. Ada baiknya kita memberikan sistem kode atau penomoran sehingga ketika merangkai tidak kebingungan. Tentunya kalo RONIta yang buat biasanya disertai petunjuk perakitannya.
Nah seperti yang terlihat di photo hasilnya adalah miniatur menara eiffel yang keren dan menarik. Miniatur ini akan lebih cantik kalo di kasih lampu dan seterusnya.
So gimana menurut kamu? asyik kan membuat miniatur seperti ini dengan bahan acrylic? tertarik untuk mencobanya? Hubungi kami saja ya
Salam Kreatif
by RONIta
Informasi dan Pemesanan
RONIta Digital Creative(RDC)
RONIta BSD
Ruko Tol Boulevard BSD BLok D No.1
Jl. Pahlawan Seribu Serpong Tangerang Selatan
Phone : 08891647539/ 021-53158066
Email : ronita.dp@gmail.com

atau yang dari batang korek api , Seorang pria dari Ukraina, Alexander Pashkevich, membuat sebuah replika miniatur dari Menara Eiffel yang terbuat dari korek api.
Tinggi dari replika ini 3,3 ft (1 meter) dan menghabiskan 7.464 batang korek api.
















 

keren bangetttt kannn ,,, pengen bikinnn eh , bisa bisa bisa , fighting.....................................

Kamis, 16 Oktober 2014

Ketika Rasulullah S.A.W. Merasa Kelaparan


Suatu ketika Rasulullah SAW menjadi imam shalat. Para sahabat yang menjadi makmum di belakangnya mendengar bunyi menggerutup seakan sendi-sendi pada tubuh Rasulullah bergeser antara satu sama lain.

Sayidina Umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu langsung bertanya setelah selesai sholat, ”Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah kau menanggung penderitaan yang amat berat, apakah kau sakit?”

Namun Rasulullah menjawab, ”Tidak. Alhamdulillah, aku sehat dan segar.”

Mendengar jawaban ini Sahabat Umar melanjutkan pertanyaannya, ”Lalu mengapa setiap kali kau menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi bergesekan di tubuhmu? Kami yakin engkau sedang sakit…”

Melihat kecemasan di wajah para sahabatnya, Rasu lullah pun mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Ternyata perut Rasulullah yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil untuk menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali tubuh Rasulullah bergerak.

Umar memberanikan diri berkata, ”Ya Rasulullah! Adakah bila kau menyatakan lapar dan tidak punya makanan, lalu kami hanya akan tinggal diam?”

Rasulullah menjawab dengan lembut, ”Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu ini. Tetapi apakah yang akan aku jawab di hadapan Allah nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban bagi umatnya?”

Para sahabat hanya tertegun. Rasulullah melanjutkan, ”Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah Allah buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak.”

Aamiin ya robbal alamiin

Sumber: Lampu Islam
Support: http://hargahpxiaomi.com/

Senin, 13 Oktober 2014

Selasa siang tgl 14oktober

Hemm...jam makan siang tiba :) ayuk solat dulu apa makan siang dulu ? Yang baik itu tunaikan kewajiban baru minta hak . Hehe . Tapi kalo di posisiku , istirahatnya harus gantian , Allah maklum kali ya kalo dzuhurannya ntar kalo aku udah jatahnya :) hehe . Menu makan siang apa kali ini . Bawa bekal apa mau makan diluar ? Kalo udah pertengahan gini dompet udah diwarning nih . Hehe . Siap siap perjuangan . Pattimura dan klon klonnya . Wkw . Tapi apapun itu tetep disyukuri . Allah gak bakal nuker apa yang bakal jadi rejeki kita . Semoga kita selalu dikasih rejeki yang halal juga barokah sama Allah . Dan kalo udah dikasih rejeki yg banyak jangan lupa sedekah , karena sedekah mengundang rahmat Allah dan menjadi sebab Allah buka pintu rejeki kita . Sabda nabi SAW kepada Zubair bin al-awwam : "hai zubbair , ketauhilah bahwa kunci rejeki hamba itu ditentang Arasy , yang dikirim oleh Allah azza wajalla kpd setiap hamba sekadar nafkahnya . Maka siapa yang memperbanyak pemberian kepada orang lain , niscaya Allah membanyakkannya . Dan siapa yang menyedikitkan , maka Allah menyedikitkan baginya"
Allah ta'ala berfirman : "perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir , pada tiap tiap butir seratus biji , Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki . Dan Allah maha luas (kurniaNya) lagi maha mengetahui" (Al-Baqarah (2) : 261) . Nah...yuk sedehkahkan rejeki kita 2,5% agar selalu dibukakan pintu rejeki kita . Amin .

Minggu, 12 Oktober 2014

minggu sore tgl12 oktober

mmm.........sore sore gini enaknya nongkrong nungguin sunset , kayaknya cuaca cerah , tapi....sama siapa ? suami kerja , pulang malem,,,hufff lagi lagi dirumah sendirian , nongkrong sendiri ? hehe , gak deh . sunset itu syahdu , entah kenapa menurutku sunset itu romantis :D liat aja....

romantiss kannnn...kappaannnnnnn bisa liat sunset featuringan sama eiffelll.....
butuh berapa duid ya biar bisa maen ke mekkah , berkunjung kerumah Allah terus pulangnya mampir ke paris , Allah akan memudahkan jalan hambaNya yang berusaha juga berdoa , bener bener cantik...



ini sunsetku...
sunset diembung nglanggeran


sunsetnya parangtritis
sunset malu malu di parangtritis juga :)

pengen hunting sunset lagi , kapannnnnnn....semoga Allah mengizinkan :)
nice day ^,^

Kamis, 09 Oktober 2014

Cintanya Nabi kepada Aisyah


cinta nabi kepada aisyah 1
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyamakan dirinya terhadap Aisyah sebagaimana Abu Zar’ agar Aisyah sebagaimana Abu Zar’ terhadap istrinya Ummu Zar’ agar Aisyah tahu sayangnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada dirinya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada Aisyah, “Wahai Aisyah diriku bagimu sebagaimana Abu Zar’ bagi Ummu Zar’ “. Berkata Imam An-Nawawi, “Para ulama berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata demikian untuk menyenangkan hati Aisyah dan menjelaskan bahwa ia telah bersikap baik dalam kehidupan rumah tangga bersama Aisyah.”[1]

Bagaimanakah kisah Abu Zar’ dan Ummu Zar’?, marilah kita simak tuturan Ummul mukminin Aisyah[2] beserta penjelasan kisah mereka yang dirangkum dari kitab Fathul Bari[3], serta Faidah yang di ambil dari beberapa sumber[4].
((Sebelas orang wanita berkumpul lalu mereka berjanji dan bersepakat untuk tidak menyembunyikan sedikitpun kabar tentang suami mereka. Maka wanita pertama berkata, “ Sesungguhnya suamiku adalah daging unta yang kurus[5] yang berada di atas puncak gunung yang tanahnya berlumpur[6] yang tidak mudah untuk di daki dan dagingnya juga tidak gemuk untuk diambili.”))
Maksudnya adalah sang wanita memisalkan keburukan akhlak suaminya seperti gunung terjal, yang sulit untuk di daki, demikian juga sifat sombong suaminya yang merasa di atas. Dan menyamakan suaminya yang pelit dengan daging unta yang kurus. Daging unta tidak sama dengan daging kambing karena daging unta rasanya kurang enak, oleh karena itu banyak orang yang tidak begitu senang dengan daging unta. Orang-orang lebih mendahulukan daging kambing kemudian daging sapi baru kemudian daging unta. Ditambah lagi dagingnya dari unta yang kurus. Lebih parah lagi daging tersebut memiliki bau yang kurang enak. Yaitu meskipun sang istri butuh terhadap apa yang dimiliki suaminya namun ia tahu bahwa suaminya pelit, kalau ia meminta dari suaminya maka akan sangat sulit sekali untuk diberi, kalaupun diberi hanyalah sedikit karena pelitnya suaminya, ditambah lagi akhlak suaminya yang sombong lagi merasa tinggi.
Peringatan
Terkadang akhlak yang jelek yang timbul dari seorang istri adalah akibat jeleknya akhlak sang suami. Terkadang sang suamilah yang secara tidak langsung mengajar sang istri untuk pandai berbohong. Bagaimana bisa…??? Jika sang suami adalah suami yang pelit, tidak memberikan nafkah yang cukup kepada istrinya maka istrinya akan berusaha mencuri uang suaminya yang pelit tersebut, dan jika ditanya oleh suaminya maka ia akan berbohong. Lama kelamaan pun karena terbiasa akhirnya ia menjadi tukang bohong. Padahal jika seorang suami menampakkan pada istrinya bahwasanya ia tidak pelit, dan memberikan kepada istrinya suatu yang bernilai meskipun hanya sedikit, maka hal ini menjadikan sang istri percaya kepadanya dan mendukung sang istri untuk menjadi wanita yang shalihah.
Bukankah sekecil apapun harta yang ia keluarkan untuk memberi nafkah kepada istrinya maka ia akan mendapatkan pahala, bahkan sesuap nasi yang ia berikan kepada istrinya!!??
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya bagaimanapun nafkah yang kau berikan kepada istrimu maka ia merupakan sedekah, bahkan sesuap makanan yang engkau suapkan ke mulut istrimu.[7]
Dalam riwayat Muslim[8],
“Dan tidaklah engkau memberi nafkah dengan mengharapkan wajah Allah kecuali engkau mendapatkan pahala, bahkan sampai sesuap makanan yang engkau letakkan di mulut istrimu.”
Berkata An-Nawawi, “ Seorang suami meletakkan sesuap makanan di mulut istrinya, biasanya hal ini terjadi tatkala sang suami sedang mencumbui, bercanda, dan berlezat-lezat dengan perkara yang diperbolehkan (dengan istrinya). Kondisi seperti ini sangat jauh dari bentuk ketaatan (bentuk ibadah) dan perkara-perkara akhirat. Meskipun demikian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan jika sang suami menghendaki wajah Allah dengan suapan yang ia berikan kepada istrinya maka ia akan mendapatkan pahala.”[9]
Berkata Ibnu Hajar, “ Perkara yang mubah jika diniatkan karena Allah maka jadilah ia merupakan ketaatan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan perkara dunia yang sangat ringan dan biasa yaitu menyuap istri dengan sesuap makanan, yang hal ini biasanya terjadi tatkala sang suami sedang mencumbu dan mencandai sang istri, namun meskipun demikian ia mendapatkan pahala jika berniat yang baik. Maka bagaimana lagi jika pada perkara-perkara yang lebih dari itu…!!!”[10]
Apalagi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa memberi nafkah kepada istri merupakan amalan yang sangat besar pahalanya di sisi Allah.
Sekeping dinar yang engkau infakkan pada jihad fi sabilillah, sekeping dinar yang engkau infakkan untuk membebaskan budak, sekeping dinar yang engkau sedekahkan kepada seorang miskin, dan sekeping dinar yang engkau infakkan kepada istrimu, maka yang paling besar pahalanya adalah sekeping dinar yang engkau infakkan kepada istrimu,[11]
((Wanita yang kedua berkata “ Suamiku…aku tidak akan menceritakan tentang kabarnya, karena jika aku kabarkan tentangnya aku khawatir aku (tidak mampu) meninggalkannya. Jika aku menyebutkan tentangnya maka aku akan menyebutkan urat-uratnya yang muncul di tubuhnya dan juga perutnya.”[12]))
Maksudnya yaitu jika ia menceritakan tentang kabar suaminya maka ia akan menyebutkan aibnya yang banyak sekali baik aib yang nampak maupun yang tersembunyi. Aib yang nampak ia ibaratkan dengan urat-uratnya yang muncul dan nampak di tubuhnya, adapun aib yang tersembunyi diibaratkan seperti urat yang timbul di perutnya yang tidak dilihat oleh orang karena tertutup pakaian. Dan jika suaminya tahu bahwa ia membeberkan aib-aib suaminya maka ia akan di cerai oleh suaminya padahal ia tidak siap untuk ditinggal suaminya. Intinya yaitu ia mengeluhkan suaminya yang banyak aibya dan kaku serta tidak murah hati.
Faidah :
Hendaknya istri semangat untuk tetap bisa bersama suami meskipun pada suami terdapat beberapa aib.
((Wanita  yang ketiga berkata, “ Suamiku tinggi, jika aku berucap maka aku akan dicerai, dan jika aku diam maka aku akan digantung.”))
Ada dua penafsiran dari perkataan wanita yang ketiga ini,
Pertama :
Maksud dari suaminya yang tinggi yaitu suaminya keras dan tegas, dialah yang mengatur dirinya dan tidak mau diatur orang lain, sehingga suaminyalah yang mengaturnya dan dia (sang istri) tidak bisa mengaturnya, oleh karena itu ia takut pada suaminya.
Jika ia menyebutkan aib-aib suaminya lalu hal ini sampai kepadanya maka ia akan dicerai. Namun jika ia berdiam diri maka ia tergantung terkatung-katung, seperti tidak punya suami dan sekaligus bukan wanita yang tidak bersuami. Seakan-akan ia berkata, “Aku disisi suamiku seperti tidak bersuami karena aku tidak bisa mengambil manfaat dari suamiku, dan tidak juga aku dicerai agar aku bisa lepas darinya dan mencari suami yang lain.”
Kedua :
Yaitu ia menjelaskan akan buruknya suaminya yang tidak sabaran jika mendengar keluhan-keluhannya. Ia mengetahui jika ia mengeluh kepada suaminya maka sang suami langsung mencerikannya dan ia tidak ingin dicerai karena cintanya yang dalam kepada suaminya. Namun jika ia berdiam diri maka ia akan tersiksa karena seperti wanita yang tidak bersuami padahal ia bersuami.
Faidah :
Suami yang shaleh adalah suami yang dekat kepada istrinya, yang bisa menjadi tempat mencurahkan hati istrinya, dan bukan yang ditakuti istrinya.
((Wanita yang keempat berkata, “ Suamiku seperti malam di Tihamah, tidak panas dan tidak dingin, tidak ada ketakutan dan tidak ada rasa bosan.”))
Tihamah adalah daerah yang dikelilingi gunung-gunung dan daerah yang mayoritas musimnya terasa panas dan tidak ada angin segar yang bertiup. Namun pada malam hari panas tersebut tidak begitu terasa maka penduduknya akan merasa nyaman dan nikmat jika dibanding keadaan mereka di siang hari.
Maksud dari sang wanita adalah menceritakan tentang kondisi suaminya yang seimbang, tidak ada gangguan dari suaminya dan tidak ada sesuatu yang di bencinya sehingga tidak membosankan untuk terus bersamanya. Sehingga ia merasa aman karena tidak takut gangguan suaminya sehingga kehidupannya nyaman sebagaimana kehidupan penduduk Tihamah tatkala di malam hari.
((Wanita yang kelima berkata, “Suamiku jika masuk rumah seperti macan dan jika keluar maka seperti singa dan tidak bertanya apa yang telah diperbuatnya (yang didapatinya).”))
Dan macan kuat namun suka tidur.
Ada dua kemungkinan makna yang terkandung dari perkataan wanita yang kelima ini.
Pertama adalah pujian (dan ini adalah pendapat mayoritas pensyarah hadits ini)
Yaitu suaminya jika masuk ke dalam rumah menemuinya maka seperti macan yang kuat yang menerkam dengan kuat. Maksudnya yaitu sang suami sering menjimaknya yang menunjukkan bahwa ia sangat dicintai suaminya sehingga jika suaminya melihatnya maka tidak sabar dan ingin langsung menerkamnya untuk menjimaknya. Dan jika keluar rumah maka seperti singa yang pemberani.
Ia tidak pernah bertanya tentang apa yang telah dikeluarkannya yang menunjukkan ia adalah suami yang baik yang sering bersedekah dan tidak peduli dengan sedekah yang ia keluarkan. Atau jika ia masuk ke dalam rumah maka ia tidak peduli dengan aib-aib yanag terdapat dalam rumah.
Faidah :
Termasuk sifat suami yang baik adalah tidak ikut campur dengan istrinya dalam mengatur urusan rumah, oleh karena itu jika ia melihat perubahan-perubahan atau keganjilan-keganjilan dalam rumahnya hendaknya ia pura-pura tidak tahu, ia membiarkan istrinya lah yang menangani hal itu. Atau jika ia memang harus bertanya kepada istrinya tentang keganjilan yang timbul maka hendaknya ia bertanya dengan lembut. Disebutkan bahwa diantara sifat macan adalah banyak tidur sehingga sering lalai dari mangsa yang terkadang berada di hadapannya. Ini merupakan isyarat bahwa sang suami adalah orang yang kuat namun sering tidak ikut campur dalam urusan sang istri dalam mengatur runah. Inilah makna dari perkataan sang wanita, “tidak bertanya apa yang didapatinya.”[13]
Disebutkan juga bahwa seorang Arab ditanya, “ Siapakah yang disebut dengan orang yang pandai? “, maka ia menjawab “ Orang yang mengerti namun berpura-pura tidak tahu.”
Betapa banyak permasalahan rumah tangga yang timbul karena sang suami terlalu detail dalam menghadapi istrinya, segala yang terjadi di rumahnya bahkan sampai perkara-perkara yang sepele dan ringan ia tanyakan, ia cek pada istrinya. Akhirnya timbullah permasalahan dan cekcok antara dia dan istrinya. Kalau seandainya ia sedikit berpura-pura tidak tahu,terutama pada perkara-perkara yang ringan maka akan banyak permasalahan yang bisa diselesaikan, bahkan hanya dengan salam. Bahkan sebagian kesalahan-kesalahan yang ringan yang dilakukan oleh sang istri –dan sang istri menyadari bahwa ia telah bersalah-  jika dibiarkan saja oleh sang suami maka akan selesai dengan sendirinya. Oleh karena itu seorang yang cerdik adalah yang menerapkan sifat pura-pura tidak tahu pada beberapa permasalahan keluarga yang dihadapinya terutama permasalahan-permasalahan yang ringan[14]. Sifat inilah yang disebut dengan mudaraah (pura-pura tidak tahu atau basa-basi) dan akan datang penjelasannya.
Kedua adalah celaan
Yaitu suaminya jika masuk ke dalam rumah seperti macan dimana jika suaminya menjimaknya maka langsung terkam tanpa dibuka dengan cumbuan dan rayuan karena sifatnya yang keras seperti macan. Atau karena sifatnya yang jelek sehingga kalau masuk ke dalam rumah sering memukulnya dan menamparnya. Dan jika keluar rumah maka seperti singa yang lebih keras lagi dan lebih berani lagi. Dan jika ia masuk rumah maka ia tidak bertanya-tanya, yaitu sang suami tidak pernah perduli dengan keadaan istrinya dan juga urusan rumahnya.
Faidah:
Suami yang baik adalah yang selalu bertanya kepada istrinya tentang kondisi istrinya meskipun sang istri tidak menampakkan tanda-tanda perubahan, yang hal ini menyebabkan sang istri merasa bahwa ia sangatlah diperhatikan oleh suaminya.

Sumber: Suami Idaman Istri Pilihan (Surat dari Seorang Suami untuk Suami), Abu Abdil Muhsin Firanda, M.A. , Pustaka Muslim
Artikel www.KisahMuslim.com

Minggu, 21 September 2014

info wisata

check aja di blog tetangga saya  http://www.angkisland.com , kalo mau liat eiffel dateng aja kesini  mbucu hill  , hheee ,

Kamis, 11 September 2014

"This Worldly Life (Dunya)"

How beautiful, is this worldly life
But not a soul shall remain
We all come into this world
Only to leave it one day
I can see that everything around me
Rises then fades away
Life is just a passing moment
Nothing is meant to stay, oh

This worldly life has an end
And it's then real life begins
A world where we will live forever
This beautiful worldly life has an end
It's a just bridge that must be crossed
To a life that will go on forever

So many years, quickly slipping by
Like the Sleepers of the Cave
Wake up and make a choice
Before we end up in our graves
O God! You didn't put me here in vain
I know I'll be held accountable for what I do
This life is just a journey
And it's taking me back to You

So many get caught in this beautiful web
Its gardens become an infatuation
But surely they'll understand at the final stop
That its gardens are meant for cultivation,


-Maher Zain-

Paradise

I remember when I first met you 
I felt that God answered my call   
There was that one place I always thought about 
And I just wanted to be there with you 
The place that no eye has ever seen  
The place that no heart has ever perceived  
I had a great feeling inside of me
 That one day I'll be there with you  

And now that we're here feeling so good 
About all the things that we went through 
Knowing that God is pleased with us too 
It's not a dream, this is so true 
Feeling the peace all around  
Seeing things we could never imagine 
Hearing the sound of rivers flow 
And we know we'll be here forever  
The feeling is indescribable
 Knowing that this is our reward

Do you remember the hard times we went through? 
 And those days we used to argue
 But there was not one thing that could bring us down
 'Cause we always had in our minds
 The place that no eye has ever seen  
The place that no heart has ever perceived
 The place we've been promised to live in forever  
And best of all, it's just me and you

I remember us praying at night  
And just dreaming about this together
 I'm so blessed to have you in my life 
And now we can enjoy these blessings forever
 Paradise is where we are now 
Paradise, a dream come true
 Paradise, O what a feeling!
 Paradise, thank You Allah!



-Maher Zain-

Sabtu, 06 September 2014

tragedi pukul 18:17

(huwauuuuwwwwww...entahlah aku harus mengungkapkannya dengan apa bagaimana dan dimana . sumpahhhhh....bikin ndredegg.......deg deg deg blarrrrrr . dirumah baruku yang sekarang tu kalo pulang sendiri dan jalan kaki butuh keberanian ekstra . karena tempatnya paling pojok tepat dijalan buntu dan harus wajib n kudu nglewatin rumah yang ada anjingnya , anjingnya tu gak cuma satu , ada satu..dua..tiga dan entahlah berapa . bisa bayangin ketika mau lewat tiba tiba dia mengaung (eh...) mengeong (eh halah........) mengembik (hasyahhh....) menjegoggg (nah....saking abis senam jantungnya jadi gak bsa berkata kata...) iyaaa..kejadian tadi abis maghrib , ceritanya abis pulang nih nganter temen jalan jalan . temenku nganter aku pulangnya cuma sampe depan gank rumah karena dia buru buru , yah...mau nggak mau tapi harus mau karena mau gimana lagi aku harus jalan kaki mendaki gunung melewati lembah sungai mengalir indah kesamudra hey..baling baling bambu (halah....) yah akhirnya jalan kaki dan dan dan nahlooo...bener kannnn tuu si doggy udah setia nungguin didepan rumahnya . anjing luuu emang (emang anjingkan ? gak misuh hlo ini..haha) dan yaaaaaa....sumpah demi apa aku gak berani meneruskan perjalananku untuk mencari kitab suci . dan akhirnya aku cuma berdiri didepan gang nunggu sianjing itu pergi dari tempatnya yang aku pikir entah kapan itu akan terjadi . abis dikasih stok sabar banyak seh sama Allah tapi tetep aja takut . huhuhuh . tapi tiba tiba entah itu mungkin pertolongan dari surga . atau malaikat turun karena hamba kesayangan Allah sedang dalam kesusahan , entahlah tapi aku sangat amat bersyulur banget (thx God..love You so much..) ada 2 bidadari cantik yg katanya sedang survey kampung untuk tugas mata kuliahnya , dan gak lama kemudian 2bidadari itu memanggil bala tentaranya untuk mengantar melindungi aku dari serangan tentara firaun . dan akhirnya aku diantarkannya pulang sampai depan rumah.....hahahahahahahahahaha....malu campuir rasa sukurrr yang amat dalam . terima kasih mbak mbak mas mas yg lagi survey kampung , udah mau nganter aku pulang , melindungi aku . dan terutama aku harus berterima kasih kepasa Allah YME karena telah mengirimkan makhlukNya untuk hari ini . kalo untuk besok mari kita pikirkan besok (kita ? aku aja kali kalian enggak TT) finally sekarang aku selamat sampai rumah , nyaman tiduran dikamar , sambil sesekali senyum senyum sendiri karena tragedi pukul 18:17 tadi . hahahahaha .
dia

note : jadi inget kata temenku dulu waktu SMP , waktu piknik ke bali . pada mainan dilaut dan akhirnya malah pada kena ombak . dan sempet ketarik ombak karena ombaknya lumayan gede . tapi alhamdulillah pada diselametin sama Allah . trus ada temenku yg udah lari duluan (rada individual...haha) dia bilang "makane nek dioyak ombak kie ndodok , malah do mlayu" (-,- lu kate dikejar anjing ) mm...tapi emang ya kalo dikejar anjing jongkok ntr anjingnya takut , kalo gak takut malah nerkam gimana ? nahlooo...siapa yang tanggung jawab ? *tanyalah pada rumput yang bergoyang -,-?*

Jumat, 05 September 2014

Sejarah Singkat Rasulullah SAW


A. Nabi Muhammad SAW Lahir
Rasulullah saw dilahirkan pada hari senin, 12 Rabiul Awal tahun Gajah (570 M). Beliau adalah Muhammad saw. bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Killab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ayy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Nasab Adnan berakhir pada Sayyidina Isma’il bin Ibrahim as.
Para penulis sirah (biografi) Muhammad pada umumnya sepakat bahwa ia lahir di Tahun Gajah, yaitu tahun 570 M. Muhammad lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan. Ayahnya, Abdullah, meninggal dalam perjalanan dagang di Yastrib, ketika Muhammad masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.

Pada saat Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib (Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa’ yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana. Setelah ibunya meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, ‘Abd al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia diminta menggembala kambing-kambingnya disekitar Mekkah dan kerap menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam (Suriah, Libanon dan Palestina).
Hampir semua ahli hadits dan sejarawan sepakat bahwa Muhammad lahir di bulan Rabiulawal, kendati mereka berbeda pendapat tentang tanggalnya. Di kalangan Syi’ah, sesuai dengan arahan para Imam yang merupakan keturunan langsung Muhammad, menyatakan bahwa ia lahir pada hari Jumat, 17 Rabiulawal; sedangkan kalangan Sunni percaya bahwa ia lahir pada hari Senin, 12 Rabiulawal atau (2 Agustus 570M).
B. Disusukan Oleh Keluarga Sa’d
Beliau disusui oleh Tsuwaibah, seorang budak pamannya, Abu Lahab, selama beberapa hari. Lalu Abdul Muthalib mencarikan ibu susu dari daerah pedesaan, demi cucunya yang yatim itu, yang sangat ia cintai melebihi yang lainnya. Ini dilakukannya sebagaimana telah menjadi kebiasaan bangsa Arab. Mereka mengutamakan daerah pedesaan untuk penyusuan karena udara pedesaan masih segar dan bersih, serta sikap orang-orang desa yang masih murni dan sederhana, di samping itu bahasa desa juga masih murni dan fasih.
Datanglah ibu-ibu susu dari kabilah bani Sa’ad. Mereka menyediakan waktu sebulan untuk penyusuan dan kefasihan berbahasa. Bangsa Arab pada masa jahiliyah merupakan komunitas yang memiliki kefasihan luar biasa. Mereke sangat membanggakan kefasihan tersebut sampai pada tingkat mereka menyebut bangsa yang tidak dapat berbahasa arab dengan sebutan ajam (gagap) Lalu ditemukanlah Halimah as Sa’diyah. Ini adalah sebuah bebahagiaan, Halimah pergi dari negerinya untuk mencari anak-anak yang akan disusukan. Tahun itu adalah musim kering. Warga pedesaan berada dalam keadaan susah dan berat.
Muhammad saw ditawarkan kepada semua ibu susu namun mereka menolaknya, mereka mengharapkan kebaikan dari ayah si anak. Mereka mengatakan ia seorang anak yatim. Demikian pula yang dilakukan oleh Halimah. Iapun pada mulanya beranjak pergi dan meninggalkannya. Tapi kemudian hatinya merasa kasihan kepada bayi Muhammad saw. Allah telah mengilhamkan cinta dan keinginan kepada Halimah untuk mengambil anak itu, yang saat itu tidak menemukan bayi lain untuk disusui selainnya. Lalu Halimah kembali kepada Muhammad dan beliau dibawa ke rumahnya. Halimah mendapatkan keberkahan dengan usaha tangannya itu. Segala yang ada di rumahnya memberikan kebaikan.
C. Kisah Dua Malaikat dan Pembedahan Dada
Ketika Muhammad saw masih tinggal di keluarga Bani Sa’ad, dua malaikat datang menemui beliau. Keduanya membedah perut beliau dan mengeeluarkan segumpal darah berwarna hitam dari hati beliau. Benda itu mereka buang dan hati Muhammad saw mereka basuh hingga bersih lalu mereka kembalika seperti semula. Ketika itu beliau sedang menggembala kambing bersama saudara-saudara sepersusuan. Beliau tumbuh secara wajar dan alamiah, hidup di pedesaan yang penuh keluhuran, dengan bahasa yang fasih, yang bani Sa’ad bin Bakar tersohor karenanya. Beliau pernah bersabda kepada para sahabatnya, Aku lebih arab daripada kalian. Aku berasal dari suku Quraisy dan aku disusukan di bani Sa’ad bin Bakar.
D. Lima Tahun Selama Tinggal Di Pedalaman
Baik kaum Orientalis maupun beberapa kalangan kaum Muslimin sendiri tidak merasa puas dengan cerita dua malaikat ini dan menganggap sumber itu lemah sekali. Yang melihat kedua laki-laki (malaikat) dalam cerita penulis-penulis sejarah itu hanya anak-anak yang baru dua tahun lebih sedikit umurnya. Begitu juga umur Muhammad waktu itu. Akan tetapi sumber-sumber itu sependapat bahwa Muhammad tinggal di tengah-tengah Keluarga Sa’d itu sampai mencapai usia lima tahun. Andaikata peristiwa itu terjadi ketika ia berusia dua setengah tahun, dan ketika itu Halimah dan suaminya mengembalikannya kepada ibunya, tentulah terdapat kontradiksi dalam dua sumber cerita itu yang tak dapat diterima. Oleh karena itu beberapa penulis berpendapat, bahwa ia kembali dengan Halimah itu untuk ketiga kalinya.
Dalam hal ini Sir William Muir tidak mau menyebutkan cerita tentang dua orang berbaju putih itu, dan hanya menyebutkan, bahwa kalau Halimah dan suaminya sudah menyadari adanya suatu gangguan kepada anak itu, maka mungkin saja itu adalah suatu gangguan krisis urat-saraf, dan kalau hal itu tidak sampai mengganggu kesehatannya ialah karena bentuk tubuhnya yang baik. Barangkali yang lainpun akan berkata: Baginya tidak diperlukan lagi akan ada yang harus membelah perut atau dadanya, sebab sejak dilahirkan Tuhan sudah mempersiapkannya supaya menjalankan risalahNya. Dermenghem berpendapat, bahwa cerita ini tidak mempunyai dasar kecuali dari yang diketahui orang dari teks ayat yang berbunyi: “Bukankah sudah Kami lapangkan dadamu? Dan sudah Kami lepaskan beban dari kau? Yang telah memberati punggungmu?” (Qur’an 94: 1-3)
Apa yang telah diisyaratkan Qur’an itu adalah dalam arti rohani semata, yang maksudnya ialah membersihkan (menyucikan) dan mencuci hati yang akan menerima Risalah Kudus, kemudian meneruskannya seikhlas-ikhlasnya, dengan menanggung segala beban karena Risalah yang berat itu.
Dengan demikian apa yang diminta oleh kaum Orientalis dan pemikir-pemikir Muslim dalam hal ini ialah bahwa peri hidup Muhammad adalah sifatnya manusia semata-mata dan bersifat peri kemanusiaan yang luhur. Dan untuk memperkuat kenabiannya itu memang tidak perlu ia harus bersandar kepada apa yang biasa dilakukan oleh mereka yang suka kepada yang ajaib-ajaib. Dengan demikian mereka beralasan sekali menolak tanggapan penulis-penulis Arab dan kaum Muslimin tentang peri hidup Nabi yang tidak masuk akal itu. Mereka berpendapat bahwa apa yang dikemukakan itu tidak sejalan dengan apa yang diminta oleh Qur’an supaya merenungkan ciptaan Tuhan, dan bahwa undang-undang Tuhan takkan ada yang berubah-ubah. Tidak sesuai dengan ekspresi Qur’an tentang kaum Musyrik yang tidak mau mendalami dan tidak mau mengerti juga.
Muhammad tinggal pada Keluarga Sa’d sampai mencapai usia lima tahun, menghirup jiwa kebebasan dan kemerdekaan dalam udara sahara yang lepas itu. Dari kabilah ini ia belajar mempergunakan bahasa Arab yang murni, sehingga pernah ia mengatakan kepada teman-temannya kemudian: “Aku yang paling fasih di antara kamu sekalian. Aku dari Quraisy tapi diasuh di tengah-tengah Keluarga Sa’d bin Bakr.”
Penduduk daerah itu pernah mengalami suatu masa paceklik sesudah perkawinan Muhammad dengan Khadijah. Bilamana Halimah kemudian mengunjunginya, sepulangnya ia dibekali dengan harta Khadijah berupa unta yang dimuati air dan empat puluh ekor kambing. Dan setiap dia datang dibentangkannya pakaiannya yang paling berharga untuk tempat duduk Ibu Halimah sebagai tanda penghormatan. Ketika Syaima, puterinya berada di bawah tawanan bersama-sama pihak Hawazin setelah Ta’if dikepung, kemudian dibawa kepada Muhammad, ia segera mengenalnya. Ia dihormati dan dikembalikan kepada keluarganya sesuai dengan keinginan wanita itu.
Sesudah lima tahun, kemudian Muhammad kembali kepada ibunya. Dikatakan juga, bahwa Halimah pernah mencari tatkala ia sedang membawanya pulang ketempat keluarganya tapi tidak menjumpainya.
Ia mendatangi Abd’l-Muttalib dan memberitahukan bahwa Muhammad telah sesat jalan ketika berada di hulu kota Mekah. Lalu Abd’l-Muttalibpun menyuruh orang mencarinya, yang akhirnya dikembalikan oleh Waraqa bin Naufal, demikian setengah orang berkata.
E. Di Bawah Asuhan Abd’l-Muttalib
Kemudian Abd’l-Muttalib yang bertindak mengasuh cucunya itu. Ia memeliharanya sungguh-sungguh dan mencurahkan segala kasih-sayangnya kepada cucu ini. Biasanya buat orang tua itu – pemimpin seluruh Quraisy dan pemimpin Mekah – diletakkannya hamparan tempat dia duduk di bawah naungan Ka’bah, dan anak-anaknya lalu duduk pula sekeliling hamparan itu sebagai penghormatan kepada orang tua. Tetapi apabila Muhammad yang datang maka didudukkannya ia di sampingnya diatas hamparan itu sambil ia mengelus-ngelus punggungnya. Melihat betapa besarnya rasa cintanya itu paman-paman Muhammad tidak mau membiarkannya di belakang dari tempat mereka duduk itu.
Lebih-lebih lagi kecintaan kakek itu kepada cucunya ketika Aminah kemudian membawa anaknya itu ke Medinah untuk diperkenalkan kepada saudara-saudara kakeknya dari pihak Keluarga Najjar.
Dalam perjalanan itu dibawanya juga Umm Aiman, budak perempuan yang ditinggalkan ayahnya dulu. Sesampai mereka di Medinah kepada anak itu diperlihatkan rumah tempat ayahnya meninggal dulu serta tempat ia dikuburkan. Itu adalah yang pertama kali ia merasakan sebagai anak yatim. Dan barangkali juga ibunya pernah menceritakan dengan panjang lebar tentang ayah tercinta itu, yang setelah beberapa waktu tinggal bersama-sama, kemudian meninggal dunia di tengah-tengah pamannya dari pihak ibu. Sesudah Hijrah pernah juga Nabi menceritakan kepada sahabat-sahabatnya kisah perjalanannya yang pertama ke Medinah dengan ibunya itu. Kisah yang penuh cinta pada Medinah, kisah yang penuh duka pada orang yang ditinggalkan keluarganya.
F. Aminah Wafat
Sesudah cukup sebulan mereka tinggal di Medinah, Aminah sudah bersiap-siap akan pulang. Ia dan rombongan kembali pulang dengan dua ekor unta yang membawa mereka dari Mekah. Tetapi di tengah perjalanan, ketika mereka sampai di Abwa’ ibunda Aminah menderita sakit, yang kemudian meninggal dan dikuburkan pula di tempat itu.
Anak itu oleh Umm Aiman dibawa pulang ke Mekah, pulang menangis dengan hati yang pilu, sebatang kara. Ia makin merasa kehilangan; sudah ditakdirkan menjadi anak yatim. Terasa olehnya hidup yang makin sunyi, makin sedih. Baru beberapa hari yang lalu ia mendengar dari Ibunda keluhan duka kehilangan Ayahanda semasa ia masih dalam kandungan. Kini ia melihat sendiri dihadapannya, ibu pergi untuk tidak kembali lagi, seperti ayah dulu. Tubuh yang masih kecil itu kini dibiarkan memikul beban hidup yang berat, sebagai yatim-piatu.
Lebih-lebih lagi kecintaan Abd’l-Muttalib kepadanya. Tetapi sungguhpun begitu, kenangan sedih sebagai anak yatim-piatu itu bekasnya masih mendalam sekali dalam jiwanya sehingga di dalam Qur’anpun disebutkan, ketika Allah mengingatkan Nabi akan nikmat yang dianugerahkan kepadanya itu: “Bukankah engkau dalam keadaan yatim-piatu? Lalu diadakanNya orang yang akan melindungimu? Dan menemukan kau kehilangan pedoman, lalu ditunjukkanNya jalan itu?” (Qur’an, 93: 6-7)
G. Abd’l-Muttalib Wafat
Kenangan yang memilukan hati ini barangkali akan terasa agak meringankan juga sedikit, sekiranya Abd’l-Muttalib masih dapat hidup lebih lama lagi. Tetapi orang tua itu juga meninggal, dalam usia delapanpuluh tahun, sedang Muhammad waktu itu baru berumur delapan tahun. Sekali lagi Muhammad dirundung kesedihan karena kematian kakeknya itu, seperti yang sudah dialaminya ketika ibunya meninggal. Begitu sedihnya dia, sehingga selalu ia menangis sambil mengantarkan keranda jenazah sampai ketempat peraduan terakhir.
Bahkan sesudah itupun ia masih tetap mengenangkannya sekalipun sesudah itu, di bawah asuhan Abu Talib pamannya ia mendapat perhatian dan pemeliharaan yang baik sekali, mendapat perlindungan sampai masa kenabiannya, yang terus demikian sampai pamannya itupun akhirnya meninggal.
Sebenarnya kematian Abd’l-Muttalib ini merupakan pukulan berat bagi Keluarga Hasyim semua. Di antara anak-anaknya itu tak ada yang seperti dia: mempunyai keteguhan hati, kewibawaan, pandangan yang tajam, terhormat dan berpengaruh di kalangan Arab semua. Dia menyediakan makanan dan minuman bagi mereka yang datang berziarah, memberikan bantuan kepada penduduk Mekah bila mereka mendapat bencana. Sekarang ternyata tak ada lagi dari anak-anaknya itu yang akan dapat meneruskan.
Yang dalam keadaan miskin, tidak mampu melakukan itu, sedang yang kaya hidupnya kikir sekali. Oleh karena itu maka Keluarga Umaya yang lalu tampil ke depan akan mengambil tampuk pimpinan yang memang sejak dulu diinginkan itu, tanpa menghiraukan ancaman yang datang dari pihak Keluarga Hasyim.
H. Di Bawah Asuhan Abu Talib
Pengasuhan Muhammad di pegang oleh Abu Talib, sekalipun dia bukan yang tertua di antara saudara-saudaranya. Saudara tertua adalah Harith, tapi dia tidak seberapa mampu. Sebaliknya Abbas yang mampu, tapi dia kikir sekali dengan hartanya. Oleh karena itu ia hanya memegang urusan siqaya (pengairan) tanpa mengurus rifada (makanan). Sekalipun dalam kemiskinannya itu, tapi Abu Talib mempunyai perasaan paling halus dan terhormat di kalangan Quraisy. Dan tidak pula mengherankan kalau Abd’l-Muttalib menyerahkan asuhan Muhammad kemudian kepada Abu Talib.
Abu Talib mencintai kemenakannya itu sama seperti Abd’l-Muttalib juga. Karena kecintaannya itu ia mendahulukan kemenakan daripada anak-anaknya sendiri. Budi pekerti Muhammad yang luhur, cerdas, suka berbakti dan baik hati, itulah yang lebih menarik hati pamannya. Pernah pada suatu ketika ia akan pergi ke Syam membawa dagangan – ketika itu usia Muhammad baru duabelas tahun – mengingat sulitnya perjalanan menyeberangi padang pasir, tak terpikirkan olehnya akan membawa Muhammad. Akan tetapi Muhammad yang dengan ikhlas menyatakan akan menemani pamannya itu, itu juga yang menghilangkan sikap ragu-ragu dalam hati Abu Talib.
 I. Pergi Ke Suria Dalam Usia Duabelas Tahun
Anak itu lalu turut serta dalam rombongan kafilah, hingga sampai di Bushra di sebelah selatan Syam. Dalam buku-buku riwayat hidup Muhammad diceritakan, bahwa dalam perjalanan inilah ia bertemu dengan rahib Bahira, dan bahwa rahib itu telah melihat tanda-tanda kenabian padanya sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian sumber menceritakan, bahwa rahib itu menasehatkan keluarganya supaya jangan terlampau dalam memasuki daerah Syam, sebab dikuatirkan orang-orang Yahudi yang mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat terhadap dia.
Dalam perjalanan itulah sepasang mata Muhammad yang indah itu melihat luasnya padang pasir, menatap bintang-bintang yang berkilauan di langit yang jernih cemerlang. Dilaluinya daerah-daerah Madyan, Wadit’l-Qura serta peninggalan bangunan-bangunan Thamud. Didengarnya dengan telinganya yang tajam segala cerita orang-orang Arab dan penduduk pedalaman tentang bangunan-bangunan itu, tentang sejarahnya masa lampau. Dalam perjalanan ke daerah Syam ini ia berhenti di kebun-kebun yang lebat dengan buab-buahan yang sudah masak, yang akan membuat ia lupa akan kebun-kebun di Ta’if serta segala cerita orang tentang itu. Taman-taman yang dilihatnya dibandingkannya dengan dataran pasir yang gersang dan gunung-gunung tandus di sekeliling Mekah itu. Di Syam ini juga Muhammad mengetahui berita-berita tentang Kerajaan Rumawi dan agama Kristennya, didengarnya berita tentang Kitab Suci mereka serta oposisi Persia dari penyembah api terhadap mereka dan persiapannya menghadapi perang dengan Persia.
Sekalipun usianya baru dua belas tahun, tapi dia sudah mempunyai persiapan kebesaran jiwa, kecerdasan dan ketajaman otak, sudah mempunyai tinjauan yang begitu dalam dan ingatan yang cukup kuat serta segala sifat-sifat semacam itu yang diberikan alam kepadanya sebagai suatu persiapan akan menerima risalah (misi) maha besar yang sedang menantinya. Ia melihat ke sekeliling, dengan sikap menyelidiki, meneliti. Ia tidak puas terhadap segala yang didengar dan dilihatnya. Ia bertanya kepada diri sendiri: Di manakah kebenaran dari semua itu?
Tampaknya Abu Talib tidak banyak membawa harta dari perjalanannya itu. Ia tidak lagi mengadakan perjalanan demikian. Malah sudah merasa cukup dengan yang sudah diperolehnya itu. Ia menetap di Mekah mengasuh anak-anaknya yang banyak sekalipun dengan harta yang tidak seberapa. Pendengarannya terpesona oleh sajak-sajak yang fasih melukiskan lagu cinta dan puisi-puisi kebanggaan, melukiskan nenek moyang mereka, peperangan mereka, kemurahan hati dan jasa-jasa mereka. Didengarnya ahli-ahli pidato di antaranya orang-orang Yahudi dan Nasrani yang membenci paganisma Arab. Mereka bicara tentang Kitab-kitab Suci Isa dan Musa, dan mengajak kepada kebenaran menurut keyakinan mereka. Dinilainya semua itu dengan hati nuraninya, dilihatnya ini lebih baik daripada paganisma yang telah menghanyutkan keluarganya itu. Tetapi tidak sepenuhnya ia merasa lega.
Dengan demikian sejak muda-belia takdir telah mengantarkannya ke jurusan yang akan membawanya ke suatu saat bersejarah, saat mula pertama datangnya wahyu, tatkala Tuhan memerintahkan ia menyampaikan risalahNya itu. Yakni risalah kebenaran dan petunjuk bagi seluruh umat manusia.
J. Perang Fijar
Kalau Muhammad sudah mengenal seluk-beluk jalan padang pasir dengan pamannya Abu Talib, sudah mendengar para penyair, ahli-ahli pidato membacakan sajak-sajak dan pidato-pidato dengan keluarganya dulu di pekan sekitar Mekah selama bulan-bulan suci, maka ia juga telah mengenal arti memanggul senjata, ketika ia mendampingi paman-pamannya dalam Perang Fijar. Dan Perang Fijar itulah di antaranya yang telah menimbulkan dan ada sangkut-pautnya dengan peperangan di kalangan kabilah-kabilah Arab.
Dinamakan Al-Fijar4 ini karena ia terjadi dalam bulan-bulan suci, pada waktu kabilah-kabilah seharusnya tidak boleh berperang. Pada waktu itulah pekan-pekan dagang diadakan di ‘Ukaz, yang terletak antara Ta’if dengan Nakhla dan antara Majanna dengan Dhu’l-Majaz, tidak jauh dari ‘Arafat. Mereka di sana saling tukar menukar perdagangan, berlumba dan berdiskusi, sesudah itu kemudian berziarah ke tempat berhala-berhala mereka di Ka’bah.
Pekan ‘Ukaz adalah pekan yang paling terkenal di antara pekan-pekan Arab lainnya. Di tempat itu penyair-penyair terkemuka membacakan sajak-sajaknya yang terbaik, di tempat itu Quss (bin Sa’ida) berpidato dan di tempat itu pula orang-orang Yahudi, Nasrani dan penyembah-penyembah berhala masing-masing mengemukakan pandangan dengan bebas, sebab bulan itu bulan suci.
Akan tetapi Barradz bin Qais dari kabilah Kinana tidak lagi menghormati bulan suci itu dengan mengambil kesempatan membunuh ‘Urwa ar-Rahhal bin ‘Utba dari kabilah Hawazin. Kejadian ini disebabkan oleh karena Nu’man bin’l-Mundhir setiap tahun mengirimkan sebuah kafilah dari Hira ke ‘Ukaz membawa muskus, dan sebagai gantinya akan kembali dengan membawa kulit hewan, tali, kain tenun sulam Yaman. Tiba-tiba Barradz tampil sendiri dan membawa kafilah itu ke bawah pengawasan kabilah Kinana. Demikian juga ‘Urwa lalu tampil pula sendiri dengan melintasi jalan Najd menuju Hijaz.
Adapun pilihan Nu’man terhadap ‘Urwa (Hawazin) ini telah menimbulkan kejengkelan Barradz (Kinana), yang kemudian mengikutinya dari belakang, lalu membunuhnya dan mengambil kabilah itu. Sesudah itu kemudian Barradz memberitahukan kepada Basyar bin Abi Hazim, bahwa pihak Hawazin akan menuntut balas kepada Quraisy. Fihak Hawazin segera menyusul Quraisy sebelum masuknya bulan suci. Maka terjadilah perang antara mereka itu. Pihak Quraisy mundur dan menggabungkan diri dengan pihak yang menang di Mekah. Pihak Hawazin memberi peringatan bahwa tahun depan perang akan diadakan di ‘Ukaz.
Perang demikian ini berlangsung antara kedua belah pihak selama empat tahun terus-menerus dan berakhir dengan suatu perdamaian model pedalaman, yaitu yang menderita korban manusia lebih kecil harus membayar ganti sebanyak jumlah kelebihan korban itu kepada pihak lain. Maka dengan demikian Quraisy telah membayar kompensasi sebanyak duapuluh orang Hawazin. Nama Barradz ini kemudian menjadi peribahasa yang menggambarkan kemalangan. Sejarah tidak memberikan kepastian mengenai umur Muhammad pada waktu Perang Fijar itu terjadi. Ada yang mengatakan umurnya limabelas tahun, ada juga yang mengatakan duapuluh tahun. Mungkin sebab perbedaan ini karena perang tersebut berlangsung selama empat tahun. Pada tahun permulaan ia berumur limabelas tahun dan pada tahun berakhirnya perang itu ia sudah memasuki umur duapuluh tahun.
Juga orang berselisih pendapat mengenai tugas yang dipegang Muhammad dalam perang itu. Ada yang mengatakan tugasnya mengumpulkan anak-anak panah yang datang dari pihak Hawazin lalu di berikan kepada paman-pamannya untuk dibalikkan kembali kepada pihak lawan. Yang lain lagi berpendapat, bahwa dia sendiri yang ikut melemparkan panah. Tetapi, selama peperangan tersebut telah berlangsung sampai empat tahun, maka kebenaran kedua pendapat itu dapat saja diterima. Mungkin pada mulanya ia mengumpulkan anak-anak panah itu untuk pamannya dan kemudian dia sendiripun ikut melemparkan. Beberapa tahun sesudah kenabiannya Rasulullah menyebutkan tentang Perang Fijar itu dengan berkata: “Aku mengikutinya bersama dengan paman-pamanku, juga ikut melemparkan panah dalam perang itu; sebab aku tidak suka kalau tidak juga aku ikut melaksanakan.”
Sesudah Perang Fijar Quraisy merasakan sekali bencana yang menimpa mereka dan menimpa Mekah seluruhnya, yang disebabkan oleh perpecahan, sesudah Hasyim dan ‘Abd’l-Muttalib wafat, dan masing-masing pihak berkeras mau jadi yang berkuasa. Kalau tadinya orang-orang Arab itu menjauhi, sekarang mereka berebut mau berkuasa. Atas anjuran Zubair bin ‘Abd’l-Muttalib di rumah Abdullah bin Jud’an diadakan pertemuan dengan mengadakan jamuan makan, dihadiri oleh keluarga-keluarga Hasyim, Zuhra dan Taym. Mereka sepakat dan berjanji atas nama Tuhan Maha Pembalas, bahwa Tuhan akan berada di pihak yang teraniaya sampai orang itu tertolong. Muhammad menghadiri pertemuan itu yang oleh mereka disebut Hilf’l-Fudzul. Ia mengatakan, “Aku tidak suka mengganti fakta yang kuhadiri di rumah Ibn Jud’an itu dengan jenis unta yang baik. Kalau sekarang aku diajak pasti kukabulkan.”
Seperti kita lihat, Perang Fijar itu berlangsung hanya beberapa hari saja tiap tahun. Sedang selebihnya masyarakat Arab kembali ke pekerjaannya masing-masing. Pahit-getirnya peperangan yang tergores dalam hati mereka tidak akan menghalangi mereka dari kegiatan perdagangan, menjalankan riba, minum minuman keras serta pelbagai macam kesenangan dan hiburan sepuas-puasnya
Adakah juga Muhammad ikut serta dengan mereka dalam hal ini? Ataukah sebaliknya perasaannya yang halus, kemampuannya yang terbatas serta asuhan pamannya membuatnya jadi menjauhi semua itu, dan melihat segala kemewahan dengan mata bernafsu tapi tidak mampu? Bahwasanya dia telah menjauhi semua itu, sejarah cukup menjadi saksi. Yang terang ia menjauhi itu bukan karena tidak mampu mencapainya. Mereka yang tinggal di pinggiran Mekah, yang tidak mempunyai mata pencarian, hidup dalam kemiskinan dan kekurangan, ikut hanyut juga dalam hiburan itu. Bahkan di antaranya lebih gila lagi dari pemuka-pemuka Mekah dan bangsawan-bangsawan Quraisy dalam menghanyutkan diri ke dalam kesenangan demikian itu.
Akan tetapi jiwa Muhammad adalah jiwa yang ingin melihat, ingin mendengar, ingin mengetahui. Dan seolah tidak ikut sertanya ia belajar seperti yang dilakukan teman-temannya dari anak-anak bangsawan menyebabkan ia lebih keras lagi ingin memiliki pengetahuan. Karena jiwanya yang besar, yang kemudian pengaruhnya tampak berkilauan menerangi dunia, jiwa besar yang selalu mendambakan kesempurnaan, itu jugalah yang menyebabkan dia menjauhi foya-foya, yang biasa menjadi sasaran utama pemduduk Mekah. Ia mendambakan cahaya hidup yang akan lahir dalam segala manifestasi kehidupan, dan yang akan dicapainya hanya dengan dasar kebenaran. Kenyataan ini dibuktikan oleh julukan yang diberikan orang kepadanya dan bawaan yang ada dalam dirinya. Itu sebabnya, sejak masa ia kanak-kanak gejala kesempurnaan, kedewasaan dan kejujuran hati sudah tampak, sehingga penduduk Mekah semua memanggilnya Al-Amin (artinya ‘yang dapat dipercaya).
 K. Menggembala Kambing
Yang menyebabkan Muhammad lebih banyak merenung dan berpikir, ialah pekerjaannya menggembalakan kambing sejak dalam masa mudanya itu. Dia menggembalakan kambing keluarganya dan kambing penduduk Mekah. Dengan rasa gembira ia menyebutkan saat-saat yang dialaminya pada waktu menggembala itu. Di antaranya ia berkata: “Nabi-nabi yang diutus Allah itu gembala kambing.” Dan katanya lagi: “Musa diutus, dia gembala kambing, Daud diutus, dia gembala kambing, aku diutus, juga gembala kambing keluargaku di Ajyad.”
Gembala kambing yang berhati terang itu, dalam udara yang bebas lepas di siang hari, dalam kemilau bintang bila malam sudah bertahta, menemukan suatu tempat yang serasi untuk pemikiran dan permenungannya. Ia menerawang dalam suasana alam demikian itu, karena ia ingin melihat sesuatu di balik semua itu.
Dalam pelbagai manifestasi alam ia mencari suatu penafsiran tentang penciptaan semesta ini. Ia melihat dirinya sendiri. Karena hatinya yang terang, jantungnya yang hidup, ia melihat dirinya tidak terpisah dari alam semesta itu. Bukankah juga ia menghirup udaranya, dan kalau tidak demikian berarti kematian? Bukankah ia dihidupkan oleh sinar matahari, bermandikan cahaya bulan dan kehadirannya berhubungan dengan bintang-bintang dan dengan seluruh alam? Bintang-bintang dan semesta alam yang tampak membentang di depannya, berhubungan satu dengan yang lain dalam susunan yang sudah ditentukan, matahari tiada seharusnya dapat mengejar bulan atau malam akan mendahului siang. Apabila kelompok kambing yang ada di depan Muhammad itu memintakan kesadaran dan perhatiannya supaya jangan ada serigala yang akan menerkam domba itu, jangan sampai – selama tugasnya di pedalaman itu – ada domba yang sesat, maka kesadaran dan kekuatan apakah yang menjaga susunan alam yang begitu kuat ini?
Bukankah dia juga yang pernah berkata: “Kami adalah golongan yang hanya makan bila merasa lapar, dan bila sudah makan tidak sampai kenyang?” Bukankah dia juga yang sudah dikenal orang hidup dalam kekurangan selalu dan minta supaya orang bergembira menghadapi penderitaan hidup? Cara orang mengejar harta dengan serakah hendak memenuhi hawa nafsunya, sama sekali tidak pernah dikenal Muhammad selama hidupnya. Kenikmatan jiwa yang paling besar, ialah merasakan adanya keindahan alam ini dan mengajak orang merenungkannya. Suatu kenikmatan besar, yang hanya sedikit saja dikenal orang.
Kenikmatan yang dirasakan Muhammad sejak masa pertumbuhannya yang mula-mula yang telah diperlihatkan dunia sejak masa mudanya adalah kenangan yang selalu hidup dalam jiwanya, yang mengajak orang hidup tidak hanya mementingkan dunia. Ini dimulai sejak kematian ayahnya ketika ia masih dalam kandungan, kemudian kematian ibunya, kemudian kematian kakeknya. Kenikmatan demikian ini tidak memerlukan harta kekayaan yang besar, tetapi memerlukan suatu kekayaan jiwa yang kuat. sehingga orang dapat mengetahui: bagaimana ia memelihara diri dan menyesuaikannya dengan kehidupan batin.
Andaikata pada waktu itu Muhammad dibiarkan saja begitu, tentu takkan tertarik ia kepada harta. Dengan keadaannya itu ia akan tetap bahagia, seperti halnya dengan gembala-gembala pemikir, yang telah menggabungkan alam ke dalam diri mereka dan telah pula mereka berada dalam pelukan kalbu alam.
Akan tetapi Abu Talib pamannya – seperti sudah kita sebutkan tadi -hidup miskin dan banyak anak. Dari kemenakannya itu ia mengharapkan akan dapat memberikan tambahan rejeki yang akan diperoleh dari pemilik-pemilik kambing yang kambingnya digembalakan. Suatu waktu ia mendengar berita, bahwa Khadijah binti Khuwailid mengupah orang-orang Quraisy untuk menjalankan perdagangannya. Khadijah adalah seorang wanita pedagang yang kaya dan dihormati, mengupah orang yang akan memperdagangkan hartanya itu. Berasal dari Keluarga (Banu) Asad, ia bertambah kaya setelah dua kali ia kawin dengan keluarga Makhzum, sehingga dia menjadi seorang penduduk Mekah yang terkaya. Ia menjalankan dagangannya itu dengan bantuan ayahnya Khuwailid dan beberapa orang kepercayaannya. Beberapa pemuka Quraisy pernah melamarnya, tetapi ditolaknya. Ia yakin mereka itu melamar hanya karena memandang hartanya. Sungguhpun begitu usahanya itu terus dikembangkan.
L. Ke Suria Membawa Dagangan Khadijah
Tatkala Abu Talib mengetahui, bahwa Khadijah sedang menyiapkan perdagangan yang akan dibawa dengan kafilah ke Syam, ia memanggil kemenakannya – yang ketika itu sudah berumur duapuluh lima tahun.
Setelah mendapat nasehat paman-pamannya Muhammad pergi dengan Maisara, budak Khadijah. Dengan mengambil jalan padang pasir kafilah itupun berangkat menuju Syam, dengan melalui Wadi’l-Qura, Madyan dan Diar Thamud serta daerah-daerah yang dulu pernah dilalui Muhammad dengan pamannya Abu Talib tatkala umurnya baru duabelas tahun.
Perjalanan sekali ini telah menghidupkan kembali kenangannya tentang perjalanan yang pertama dulu itu. Hal ini menambah dia lebih banyak bermenung, lebih banyak berpikir tentang segala yang pernah dilihat, yang pernah didengar sebelumnya: tentang peribadatan dan kepercayaan-kepercayaan di Syam atau di pasar-pasar sekeliling Mekah.
Setelah sampai di Bushra ia bertemu dengan agama Nasrani Syam. Ia bicara dengan rahib-rahib dan pendeta-pendeta agama itu, dan seorang rahib Nestoria juga mengajaknya bicara. Barangkali dia atau rahib-rahib lain pernah juga mengajak Muhammad berdebat tentang agama Isa, agama yang waktu itu sudah berpecah-belah menjadi beberapa golongan dan sekta-sekta – seperti sudah kita uraikan di atas.
Dengan kejujuran dan kemampuannya ternyata Muhammad mampu benar memperdagangkan barang-barang Khadijah, dengan cara perdagangan yang lebih banyak menguntungkan daripada yang dilakukan orang lain sebelumnya. Demikian juga dengan karakter yang manis dan perasaannya yang luhur ia dapat menarik kecintaan dan penghormatan Maisara kepadanya. Setelah tiba waktunya mereka akan kembali, mereka membeli segala barang dagangan dari Syam yang kira-kira akan disukai oleh Khadijah.
Dalam perjalanan kembali kafilah itu singgah di Marr’-z-Zahran. Ketika itu Maisara berkata: “Muhammad, cepat-cepatlah kau menemui Khadijah dan ceritakan pengalamanmu. Dia akan mengerti hal itu.”
Muhammad berangkat dan tengah hari sudah sampai di Mekah. Ketika itu Khadijah sedang berada di ruang atas. Bila dilihatnya Muhammad di atas unta dan sudah memasuki halaman rumahnya. ia turun dan menyambutnya. Didengarnya Muhammad bercerita dengan bahasa yang begitu fasih tentang perjalanannya serta laba yang diperolehnya, demikian juga mengenai barang-barang Syam yang dibawanya. Khadijah gembira dan tertarik sekali mendengarkan. Sesudah itu Maisarapun datang pula yang lalu bercerita juga tentang Muhammad, betapa halusnya wataknya, betapa tingginya budi-pekertinya. Hal ini menambah pengetahuan Khadijah di samping yang sudah diketahuinya sebagai pemuda Mekah yang besar jasanya.





 M. Perkawinannya Dengan Khadijah
Dalam waktu singkat saja kegembiraan Khadijah ini telah berubah menjadi rasa cinta, sehingga dia – yang sudah berusia empatpuluh tahun, dan yang sebelum itu telah menolak lamaran pemuka-pemuka dan pembesar-pembesar Quraisy – tertarik juga hatinya mengawini pemuda ini, yang tutur kata dan pandangan matanya telah menembusi kalbunya. Pernah ia membicarakan hal itu kepada saudaranya yang perempuan – kata sebuah sumber, atau dengan sahabatnya, Nufaisa bint Mun-ya – kata sumber lain. Nufaisa pergi menjajagi Muhammad seraya berkata: “Kenapa kau tidak mau kawin?”
“Aku tidak punya apa-apa sebagai persiapan perkawinan,” jawab Muhammad.
“Kalau itu disediakan dan yang melamarmu itu cantik, berharta, terhormat dan memenuhi syarat, tidakkah akan kauterima?”
“Siapa itu?”
Nufaisa menjawab hanya dengan sepatah kata: “Khadijah.”
“Dengan cara bagaimana?” tanya Muhammad. Sebenarnya ia sendiri berkenan kepada Khadijah sekalipun hati kecilnya belum lagi memikirkan soal perkawinan, mengingat Khadijah sudah menolak permintaan hartawan-hartawan dan bangsawan-bangsawan Quraisy.
Setelah atas pertanyaan itu Nufaisa mengatakan: “Serahkan hal itu kepadaku,” maka iapun menyatakan persetujuannya. Tak lama kemudian Khadijah menentukan waktunya yang kelak akan dihadiri oleh paman-paman Muhammad supaya dapat bertemu dengan keluarga Khadijah guna menentukan hari perkawinan.
Kemudian perkawinan itu berlangsung dengan diwakili oleh paman Khadijah, Umar bin Asad, sebab Khuwailid ayahnya sudah meninggal sebelum Perang Fijar. Hal ini dengan sendirinya telah membantah apa yang biasa dikatakan, bahwa ayahnya ada tapi tidak menyetujui perkawinan itu dan bahwa Khadijah telah memberikan minuman keras sehingga ia mabuk dan dengan begitu perkawinannya dengan Muhammad kemudian dilangsungkan.
Di sinilah dimulainya lembaran baru dalam kehidupan Muhammad. Dimulainya kehidupan itu sebagai suami-isteri dan ibu-bapa, suami-isteri yang harmonis dan sedap dari kedua belah pihak, dan sebagai ibu-bapa yang telah merasakan pedihnya kehilangan anak sebagaimana pernah dialami Muhammad yang telah kehilangan ibu-bapa semasa ia masih kecil.

sumber : ramadhan odhe